Jika Besok Aku Masih Bernapas!
Aku menyaksikan lelaki pendiam itu, akhir-akhir ini, seulas senyum tak nampak di wajahnya. Murung. Bulir bulir terus menggumpal di matanya setelah orangtuanya berpisah.
Padahal, meskipun ia hidup di rumah papan yang mulai lapuk, ia selalu menikmatinya. Dipenuhi basah ketika hujan menghantam, rumah yang atapnya terbang sebagian akibat angin badai. Tapi, ia tetap menikmati itu. Baginya, rumah adalah tempat menyimpan segala rahasia.
Kali ini tidak! Tidak lagi seulas senyuman semenjak orangtuanya berpisah.
Kejadian itu seperti aib baginya. Ia takut dengan cerita yang beredar kalau orangtuanya berpisah karena mereka jarang makan.
Suatu malam, di tengah keramaian, ia nampak kesepian. Seperti tak bernyawa.
Lelaki itu menuju rumah membawa 30 butir pil yg baru saja ia beli di apotik.
Segelas air ia taruh di sampinya, sambil tidur di kursi yang terbuat dari papan bekas, tempat tidur lelaki itu tanpa bantal.
Lelaki itu tidur menatap langit. Matanya mulai mengalir air. Suaranya kecekikan. Tiba-tiba 30 butir pil ia masukkan ke
Mulutnya, ia langsung meneguk dengan segelas air.
"Maafkan aku Tuhan," teriak lelaki itu.
Tangisannya semakin keras.
"Aku punya adik laki-laki, aku juga punya adik perempuan. Jika hidupku tak mampu menjaga mereka, maka tolong ambil nyawaku, Tuhan" katanya lirih.
"Maaf kan aku, Tuhan. Jika besok aku masih bernapas, berati aku mampu menjaga saudaraku. Aku pun akan mampu membahagiakan orang lain," lelaki itu pun tertidur! Barang kali tidurnya sangat panjang. Barangkali.
F B_Haliyora, 10 November 2016
Leave a Comment